Jojo dan Moralitas Budak

Ukhti-ukhti yang kemarin rahimnya menghangat waktu lihat Jonatan Christie (Jojo) buka baju di lapangan badminton, seketika kepalanya memanas saat membaca ayat Alkitab yang jadi caption foto Jojo di Instagram.

Orang-orang model begini di dalam persfektif Nietzsche disebut moralitas budak, sebuah koloni manusia yang miskin secara lahir, batin, energi, dan jauh dari kata menarik, baik secara fisik maupun ekonomi.

Sederet ketidakistimewaan itu tadi yang akhirnya menempatkan kaum budak di kubangan dendam dan amarah. Suatu sikap yang pada mulanya marah ke diri sendiri, mulai meluber pada objek-objek di luar dirinya, yaitu kaum tuan yang memiliki segala apa yang tak dimilikinya, termasuk sosok-sosok (sempurna) yang dianggap merepresentasikannya.

Tapi, pertempuran yang dikobarkan kaum budak terhadap kaum tuan ini hanya terjadi di dunia awang-awang, di dalam pikiran, untuk kemudian diaplikasikan ke dunia nyata dengan cara membalikkan nilai-nilai.

Pembalikan nilai itu antara lain dengan menganggap kaum tuan yang tadinya mereka anggap tinggi dan tak tersentuh, menjadi golongan yang rendah dan penuh dosa. Semisal tak ada alasan untuk menuduh begitu, ya diada-adakan.

Contohnya? Ya, ukhti-ukhti yang kemarin rahimnya sempat menghangat itu tadi. Mereka maunya punya pasangan ganteng, perut six-pack, pintar, berprestasi, dan dapat bonus miliaran rupiah dari negara. Namun, apa daya, dianya sendiri mungkin cuma punya tampilan standar, bentuk kaya gudir, otak cuma sedikit (itupun jarang dipakai), bacaannya mentok di Tere Liye atau Asma Nadia, ditambah lagi dengan mulut yang agak pedas.

Satu-satunya hal yang bisa mereka banggakan, ya cuma iman. Tak ada yang lain. Mereka jelas tak berkutik di depan Jojo yang keren lahir batin. Jelas, mereka kalah telak. Jangankan men-smash musuh di lapangan badminton, pegang raket nyamuk saja sering luput, kena jempol sendiri.

Makanya, satu-satunya jalan agar mereka (seakan-akan) menang dan Jojo (seakan-akan) kalah, ya cuma itu tadi, sederet komentar dungu tentang agama di akun Instagram, “Coba kalau Jojo itu Islam, pasti lebih sempurna.”

Dengan penghiburan semacam itu, dendam mereka terhadap Jojo (yang tak tersentuh) merasa terlampiaskan, “Jojo itu ganteng dan keren dan aku iri dengan yang dimilikinya dan ingin memilikinya, tapi dia tak seiman denganku, dan karena itu Tuhan akan membakarnya di kerak neraka.”

Padahal, semisal Jojo jadi mualaf sekalipun, ya belum tentu mau sama yang model begitu, kecuali mungkin buat objek latihan smash.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *