Baper Adalah Candu

Kau mungkin bisa bilang kalau politik itu tahi anjing: remeh dan tak penting. Dan, karena itu, kau malas membicarakannya.

Tapi, begini, Naq Muda. Tentu saja kau punya hak untuk menentukan sikap dan posisi di mana kau akan berdiri. Cuma, akan lebih bijak kalau kau mencoba membedakan terlebih dahulu, apa itu sistem politik, apa itu politik praktis, dan apa itu kesadaran politik.

Para anarko, misalnya. Mereka memilih sikap menolak sistem dan hegemoni negara. Tapi, sikap itu diambil atas dasar kesadaran politik. Mereka memahami betul ketidakadilan dan kebusukan sistem yang ada, dan mereka berpikir kalau satu-satunya jalan terbaik adalah melenyapkan hierarki. Terlepas apakah itu memang benar-benar jalan terbaik atau bukan, pemikiran mereka lahir dari sebuah kesadaran.

Sementara, kau? Apakah pemikiranmu tentang “politik itu tahi anjing” tadi juga berangkat dari kesadaran serupa, atau cuma lahir tiba-tiba karena kemuakanmu melihat kelakuan para politikus yang semakin hari semakin jancuk? Atau, jangan-jangan, kau sekadar malas menambah beban pikiran karena kau terlalu lelah berkutat dengan masalah-masalah pribadimu?

Mungkin, memang ada sebuah masa di dalam hidup kita, di mana masing-masing dari kita berpikir, “Aku adalah pusat dunia.” Ketika itu terjadi, kau berpikir bahwa tak ada yang jauh lebih penting ketimbang hidupmu dan masalahmu dan kegalauanmu. Seakan, kau adalah manusia paling menderita di dunia. Padahal, tidak seperti itu. Dan, tidak akan pernah seperti itu.

Masing-masing orang, memanggul salibnya sendiri-sendiri. Percayalah, di hadapan semesta, kau itu bukan apa-apa. Berhentilah berpikir bahwa bebanmu adalah yang paling berat di muka bumi. Kau bukan Jesus yang bertanggungjawab menanggung dosa umat manusia. Kau tak sepenting itu, Naq Muda.

Kau adalah individu yang hidup di tengah masyarakat, kau bagian dari masyarakat, dan kau tak mungkin lepas dari masyarakat. Bayangkan saja, ketika semua orang mengambil sikap apatis seperti halnya dirimu? Masa bodoh dengan apa yang terjadi di sekitar kita dan enggan bicara soal kebusukan yang terjadi di sana sini? Apa yang akan terjadi? Tata hidup kita akan berantakan. Kehidupan kita akan semakin dikuasai para bajingan.

Dan, jangan sekali-kali berpikir kalau itu tak ada hubungannya dengan kehidupanmu. Karena, asal kau tahu, segala hal yang bisa kau nikmati hari ini tak lepas dari sistem politik. Mulai dari berapa gaji yang kau terima tiap bulan dari tempat kerjamu, berapa waktu tempuh dari rumah ke kampusmu, berapa harga kopi sachetan yang kau sesap tiap malam sambil mendengarkan musik favoritmu, sebebas apa kau menjalankan ritual ibadahmu, film apa yang bisa kau unduh dari dunia maya, buku apa yang bisa dan boleh kau baca, dan sebagainya dan sebagainya. Kau pikir semua itu adalah sesuatu yang terberi tiba-tiba?

Percayalah, cara terbaik bertahan hidup dan menghadapi kebusukan dunia adalah tahu waktu. Tahu kapan waktunya berpikir, kapan waktunya bicara, kapan waktunya berdoa, kapan waktunya patah hati, kapan waktunya memberontak, dan seterusnya dan seterusnya. Semua itu ada waktunya sendiri-sendiri. Jangan salah menentukan posisi atau terus-terusan berkutat di satu kondisi: Waktunya berpikir malah patah hati, waktunya memberontak malah baper, waktunya ini malah itu.

Kalau kau berpikir bahwa patah hati itu sesuatu yang penting buat hidupmu, kau juga harus sadar, kalau di luar sana ada orang-orang yang haknya untuk patah hati terampas karena terlalu sibuk mempertahankan tanah milik leluhurnya. Kalau kau menganggap bahwa komunikasimu dengan Tuhanmu punya peran penting dalam hidupmu, kau juga harus tahu, bahwa banyak orang yang haknya mengadu kepada Tuhannya dirampas begitu saja. Itu yang disebut kesadaran politik.

Masa iya, ulama zaman dulu kitabnya berjilid-jilid, ulama zaman sekarang demonya berjilid-jilid, sementara kau justru bapernya yang berjilid-jilid?

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *